Pajak bukan berarti Gayus


Pajak bukan berarti Gayus

Apabila anda mendengar kata pajak mungkin yang pertama kali terbayang di pikiran anda adalah Gayus tambunan. Gayus memang sekarang ini sedang menjadi pembicaraan banyak orang Indonesia mulai dari kalangan bawah hingga kalangan elit. Saat ini banyak orang berpikiran semua pegawai pajak seperti gayus. Pikiran itu sebenarnya sangat tidak bertanggung jawab karena tidaklah semua pegawai pajak seperti Gayus, masih banyak para pegawai pajak yang berkerja dengan jujur dan menolak semua bujuk rayu untuk berbuat pelanggaran. Tetapi gawatnya lagi mulai banyak masyarakat yang membentuk perkumpulan memboikot bayar pajak di media jejaring sosial. Sesungguhnya pajak itu sangat penting bagi semua negara karena sebagian besar anggaran negara menggunakan uang pajak untuk pembangunan. Lalu apa jadinya sebuah negara yang tidak ada pajak “APA KATA DUNIA??”.
LALU APA TANGGAPAN ANDA??.

Komentar

pempajak mengatakan…
ya seharusnya pemerintah melakukan revormasi perpajakan,,
karena bukan rahasia umum lagi bahwa banyak pegawai pajak yang melakukan korupsi,,
Anonim mengatakan…
yang kurang sebenernya kepribadian masing2 orang si.. Gayus itu orang hebat, cerdas, cuma ya itu tadi, kepribadiannya.
jadi, sebanyak apapun pajak yang dikenakan oleh negara ini, tapi kelakuan pelaku pajak masih sama kaya gayus semua, ya sama aja bohong.. Celaan dari negara lain akan mengalir terus..
bacaonlines mengatakan…
@pempajak
memang telah dilakukan beberapa perubahan misalnya dengan sistem online pengaduan pajak sehingga mengurangi kesempatan oknum pajak yang nakal untuk melakukan korupsi karena kontak dengan WP tidak langsung,,
bacaonlines mengatakan…
@ anonim
saya setuju, memang semua itu bersumber dari kepribadian orangnya masing-masing tetapi perlu kita tanamkan kepribadian bersih mulai dari lembaga pengajar dan kurangi resiko terjadinya penyimpangan dengan kebijakan yang tepat..
oleh karena itu jangan pernah beri kesempatan terjadinya KKN mulai dari lingkungan kita,,
nurul aini mengatakan…
KKN sekarang ini sudah membudaya di Indonesia, jadi perilaku seperti Gayus pasti juga sudah banyak terjadi, hanya saja belum terungkap oleh publik.

sekarang tinggal bagaimana tuh ngebenerin kepribadian sebagian besar orang2 Indonesia yang sudah terlanjur buruk.. itu yang susah,,
bacaonlines mengatakan…
@nurul aini
terima kasih nurul memang KKN sudah cukup mengakar tetapi kita juga mencegahnya dengan tidak mencoba menyogok dan budayakan melapor apabila ada penyimpangan seperti itu supaya ada efek jera dan bisa mengungkap praktek KKN,,
memang mengubah pribadi orang yang sudah terlanjur buruk itu sulit tapi bukan berarti tidak mungkin,,bisa dengan tidak memberikannya kesempatan untuk berbuat buruk maupunmelaporkannya,,
tapi yang terpenting generasi selanjutnya supaya tidak menjadikan KKN sebagai budaya,, ^-^
meka mengatakan…
@meka
menurut saya, warga negara harus mengerti dulu lah identitas dan tujuan suatu bangsa itu sendiri, tidak hanya secara prosedural saja
(yang tercantum dalam undang-undang). tapi juga mnegerti scara substantial sehingga perubahan tidak hanya berkata tentag "reformasi perpajakan" dan sekedar mengamandemen, tapi juga berfungsi aplikatif dalam menegakkan kebenaran hukum dengan memahami manfaat dari hukum tersebut. sayangnya,masyarakat kita masih kurang menyadari betapa pentingnya paham akan politik dan ekonomi dan pemerintahnya pun masih kurang peduli terhadap masyarakat.Faktanya, keadaan ekonomi indonesia masih saja dalam keterpurukan. jika, kondisi masyarakat indonesia sehat maka mereka pun ringan untuk berpartisipasi dan mengaspirasikan suaranya untuk memperbaiki negri ini. :D setiap masalah di indonesia memang complicated dan berkesinambungan.
bacaonlines mengatakan…
@meka
yap benar sekali semua berkata reformasi pajak dan amandemen tetapi tidak serius tentang akar permasalahan dari semua ini,,
banyak yang hanya bisa protes tetapi tidak ikut serta membenahi, oleh karana itu kita perbaiki lingkungan kita dahulu dengan membayar pajak dngan baik tanpa melakukan main mata dengan oknum pajak,,
dan saya yakin permasalahan penyimpangan pajak akan berkurang sehinga pada akhirnya akan hilang dari negeri tercinta ini,,
amin,,
noname mengatakan…
noname:
sangat basi bila gua pribadi mendengar "clean goverment" yang di teriakkan para mahasiswa2. dengan banyak perubahan sana-sini di tubuh depkeu yg khususnya saat ini di pusatkan ke dirjen, tapi dengan pengawasan yang sangat minim ini sangat percuma. perlu ada pembersihan secara total dari bawah hingga atas jika ingin kita mempunyai pejabat2 pajak yang benar2 bersih. terima kasih
bacaonlines mengatakan…
@noname
terima kasih,,
saya sangat setuju dengan anda memang untuk mewujudkan semua itu diperlukan peningkatan pengawasan terhadap semua bagian terutama pada pada bagian yang sudah terkenal 'basah' dan pengawasan itu harus bertingkat agar dapat mengurangi penyimpangan lain yang bisa terjadi,,
dan menurut berita yang saya dengar bahwa di STAN pun kuota calon mahasiswa pajak dikurangi dan kuota calon mahasiswa akuntansi ditambah untuk mengawasi pegawai pajak..
semoga cara itu kedepannya dapat berjalan dengan efektif..
amin..
Anonim mengatakan…
tidak perlu memikirkan bahwa orang pajak pasti berkorupsi, pemerintah atau petinggi negara pun juga bisa. saya rasa pemerintah yang baik adalah pemerintah yang bertanggung jawab atas apa yang ia janjikan terhadap rakyatnya. sementara tidak semua pemerintah tersebut melakukan hal serupa. sebagian besar dari mereka mungkin melakukan tindak korupsi tanpa sepengetahuan kita. oleh karena itu pengetatan untuk pengawasan terhadap pemerintah atau petinggi negara tepat dilakukan.
Apalagi dengan adanya berita bahwa gedung DPR sebesar 1T rupiah akan dibangun dengan adanya fasilitas yang menurut saya tidak penting, seperti sauna dan lain sebagainya. Apakah pantas apabila pemimpin negara mendahulukan kepentingan diri sendiri daripada rakyatnya? pemerintah sudah tergila-gila dengan uang. apa guna korupsi jika tanpa korupsi pun mereka sudah dapat jalan-jalan ke luar negeri misalnya.
bacaonlines mengatakan…
@anonim
yap benar sekali,,
apabila gayus korupsi secara diam2 untuk kesenangannya, DPR justru lebih gawat dengan terang-terangan memakai uang rakyat untuk kenikmatan mereka,,
seharusnya perlu adanya kontrol terhadap DPR yang berbicara mengatasnamakan rakyat tetapi tidak pernah mendengarkan jeritan rakyat,,
akan tetapi kontrol dan pengawasan terhadap pajak juga tidak boleh diabaikan,, dan harus diperketat,,^^
andri armando mengatakan…
gara-gara gayus ni..
jurusan saya disebut pergayusan..

masyarakat jadi banyak yang enggan untuk membayar pajak setelah kasus gayus ini beredar..
masyarakat banyak yang beranggapan bahwa uang yang mereka bayar untuk pajak akan disalahgunakan.

Hal inilah semestinya menjadi PR buat pemerintah dalam mengembalikan citra dari perpajakan itu sendiri, karena pajak merupakan tulang punggung sumber penerimaan negara.
bacaonlines mengatakan…
@andri armando
hha saya juga merasakan hal yang sama,,
yap kepercayaan masyarakat membayar pajak juga sangat menurun akibat peristiwa tersebut akan tetapi dari pantauan di lapangan justru pembayar pajak semakin meningkat,,
selain menjadi PR bagi pemerintah masalah ini juga menjadi PR kita bersama terutama generasi penerus yang berkecimpung di dunia pajak,,
mari bersama kita perbaiki dunia pajak di indonesia,, ^_^