Pandangan Islam tentang Ilmu Pengetahuan
Ilmu pangetahuan dalam pandangan Islam, baik yang diperoleh melalui ilmu pengetahuan maupun yang berasal dari wahyu Ilahi melalui agama, keduanya berasal dari Allah s.w.t., pengetahuan apapun yang dimiliki manusia dari karunia Allah s.w.t.
Seperti yang dijelaskan dalam firman-Nya:
N¯=tæur tPy#uä uä!$oÿôF{$# $yg¯=ä. §NèO öNåkyÎztä n?tã Ïps3Í´¯»n=yJø9$# tA$s)sù ÎTqä«Î6Rr& Ïä!$yJór'Î ÏäIwàs¯»yd bÎ) öNçFZä. tûüÏ%Ï»|¹ ÇÌÊÈ
dan Dia mengajarkan kepada Adam Nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada Para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang benar orang-orang yang benar!“(QS. Al-Baqarah, 2:31)
Yang dimaksud dengan semua jenis nama disini adalah pengetahuan mengenai segala termasuk hakikat, fungsi dan sebagainya. Kemudian ketika Allah s.w.t. mengisyaratkan kepada para malaikat untuk memberikan penjelasan mengenai berbagai macam ilmu pengetahuan , para malaikat menjawab:
(#qä9$s% y7oY»ysö6ß w zNù=Ïæ !$uZs9 wÎ) $tB !$oYtFôJ¯=tã ( y7¨RÎ) |MRr& ãLìÎ=yèø9$# ÞOÅ3ptø:$# ÇÌËÈ
mereka menjawab: "Maha suci Engkau, tidak ada yang Kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; Sesungguhnya Engkaulah yang Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana[35].”(QS. Al-Baqarah, 2: 31)
[35] Sebenarnya terjemahan hakim dengan Maha Bijaksana kurang tepat, karena arti hakim Ialah: yang mempunyai hikmah. Hikmah ialah penciptaan dan penggunaan sesuatu sesuai dengan sifat, guna dan faedahnya. di sini diartikan dengan Maha Bijaksana karena dianggap arti tersebut hampir mendekati arti Hakim.
Ayat tersebut menjelaskan pada kita bahwa ilmu pengetahuan tentang segala sesuatu yang dimiliki makhluk- makhluk Allah berasal dari Allah s.w.t. baik baik diperoleh dari teori-teori ilmiah atau dari wahyu Ilahi. Sehingga dapat ditarik kesimpulan apabila keduanya berasal dari sumber yang satu yakni dari Allah s.w.t. sesungguhnya tidak ada pertentangan lagi karena keduanya bersifat saling melengkapi dan tidak perlu dipertentangkan. Jika dalam kenyataan terdapat pertentangan ini bisa desebabkan antara lain:
1. ilmu pengetahun atau sains belum mencapai final(masih bersifat sementara), seperti perkembangan pandangan dan penemuan ilmuwan mengenai peredaran benda-benda langit. Pada awalnya ilmuwan berpendapat bahwa metahri mengelilingi bumi, kemudian dikoreksi menjadi bumi dan matahari yang beredar, lalu pandangan itu dikoreksi kembali bahwa semua benda langi beredar sesuai dengan garis edarnya masing-masing. Bahkan setiap atom itu beredar menurut garis edarnya masing-masing.
Dan cobalah kita bandingkan dengan ayat Al-Qur’an dalam surat yasin yang telah diturunkan jauh sebelum teori tersebut:
w ߧôJ¤±9$# ÓÈöt7.^t !$olm; br& x8Íôè? tyJs)ø9$# wur ã@ø©9$# ß,Î$y Í$pk¨]9$# 4 @@ä.ur Îû ;7n=sù cqßst7ó¡o ÇÍÉÈ
“tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malampun tidak dapat mendahului siang. dan masing-masing beredar pada garis edarnya.”(QS. Yasin, 36:40)
Dalam ayat ini, dijelaskan bahwa “kullun” setiap benda-benda alam itu dalam falaqnya beredar. Dari contoh inilah nanti akan dijumpai penemuan sains yang sudah final itu tidak akan bertentangan dengan wahyu Allah . Karena keduanya bersumber dari sumber yang sama yaitu Allah s.w.t.
Contoh berikutnya, 2) disebabkan pemahaman terhadap wahyu itu sendiri tidak tepat, mungkin karena ketidak mengertian para agamawan atau ilmuwan atau ketidak tepatan mereka yang berkaitan dengan sains dan sebagainya saya ambil contoh proses terjadinya alam semesta
* ö@è% öNä3§Yάr& tbrãàÿõ3tGs9 Ï%©!$$Î t,n=y{ uÚöF{$# Îû Èû÷ütBöqt tbqè=yèøgrBur ÿ¼ã&s! #Y#yRr& 4 y7Ï9ºs >u tûüÏHs>»yèø9$# ÇÒÈ @yèy_ur $pkÏù zÓźuru `ÏB $ygÏ%öqsù x8t»tur $pkÏù u£s%ur !$pkÏù $pksEºuqø%r& þÎû Ïpyètör& 5Q$r& [ä!#uqy tû,Î#ͬ!$¡¡=Ïj9 ÇÊÉÈ
9. Katakanlah: "Sesungguhnya Patutkah kamu kafir kepada yang menciptakan bumi dalam dua masa dan kamu adakan sekutu-sekutu bagiNya? (yang bersifat) demikian itu adalah Rabb semesta alam".
10. dan Dia menciptakan di bumi itu gunung-gunung yang kokoh di atasnya. Dia memberkahinya dan Dia menentukan padanya kadar makanan-makanan (penghuni)nya dalam empat masa. (Penjelasan itu sebagai jawaban) bagi orang-orang yang bertanya.(QS.Fushshilat 44:9-10)
Kemudian ulama pada masa lalu sebelum adanya penelitian sains, ada yang memahami atau mengembangkan pemahaman dari ayat ini, dengan pendekatan pengetahuan pada saat itu. Waktu itu umumnya manusia berfikir enam masa yang dalam ayat tersebut merupakan 6 hari penciptaan alam semesta. Pemahaman seperti ini, dilakukan oleh sebagian agamawan adalah keliru pemahamannya. Dari sini diambil kesimpulan bukan ayatnya yang salah, tetapi pemahamannya kurang tepat.
karena itu, didalam memahami ayat-ayat Al-Qur’an atau wahyu-wahyu Allah yang berhubungan dengan kuniyah atau alam semesta itu tidak bisa dilepaskan dengan pekembangan sains. Dengan demikian informasi dari wahyu dan penelitian ilmiah yang berkaitan dengan sains adalah saling melengkapi.
Motivasi Islam Mengembangkan Ilmu Pengetahuan
1. Dasar dan Tujuan Islam Memotivasi Manusia Mengembangkan Ilmu pengetahuan.
Peran agama dalam sejarah kebudayaan manusia selalu berubah, dari masa ke masa. peran ini adakalanya demikian kuat, sehingga ia menjadi pedoman suci dan tumpuan harapan dari segenap umat manusia, dan adakalanya sangat lemah di tengah-tengah kehidupan umat manusia, sehingga hamper dilupakan. Keadaan ini terantung pada esensi ajaran agama itu dan kemampuan para juru dakwahnya.
Abad modern sekarang ini yang disebut abad ilmu pengetahuan, ditandai dengan pemikran rasional dan filosofis serta kemajuan-kemajuan yang luar biasa di bidang sains dan teknologi, akan meninggalkan ajaran agama yang tidak menghargai akal fikiran, tidak mengarahkan umatnya untuk mencapai ilmu pengetahuan. Sebaliknya agama yang mengajarkan umatnya agar menggunanakan akal pikirannya semaksimal mungkin, memerintahkan untuk meraih ilmu pengetahuan dan mengarah pada keluhuran akhlak akan diterima dengan baik oleh masyarakat modern. Hakekatnya manusia membutuhkan kebahagiaan jasmani dan rohani, kebahagiaan lahir dan batin.kebahagiaan dunia tidak lengkap tanpa mengikuti bimbingan agama.
Agama Islam adalah agama yang sangat memperhatikan ilmu pengetahuan. Ia mendorong umatnya agar terus menuntut ilmu, meraih sains dan teknologi, menggunakan akal pikiran, menggali dan menganalisa setiap aspek ilmu pengetahuan dalam segala lapangan kehidupan. Islam adalah agama kehidupan yang selalu sesuai dengan perkembangan zaman dan dapat diterapkan dalam segala tempat.
Ayat-ayat al-Qur’an memerintahkan manusia untuk terus berupaya meningkatkan kemampuan ilmiahnya. Jangankan manusia (biasa), Nabi Muhammad pun sebagai Rosullah diperintahkan selalu berusaha dan berdo’a agar pengetahuannya bertambah. Do’anya dirumuskan Allah sendiri di ujung ayat 114 surat Taha yang artinya : “Tuhanku tambahkanlah ilmu pengetahuan ku”. Selain itu dalam sunnahnya Rasullah S.A.W, “Ada dua keinginan yang tidak pernah terpuaskan yaitu keinginan untuk mencari ilmu dan mencari harta.
Kini, ilmu pengetahuan dan teknologi terus berkembang karena pada (umumnya) bermanfaat bagi kehidupan manuasia. Mengarahkan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk kemashlahatan hidup dan kehidupan manusia, tidak untuk merusak dan membahayakan umat manusia dan lingkungan hidupnya.
Pentingnya ilmu menurut Islam, dorongan serta kewajiban mencari dan menuntut ilmu telah menjadikan dunia Islam pada suatu masa di zaman lampau menjadi pusat perkembangan ilmu dan kebudayaan.
2. Makna Ilmu Pengetahuan dalam Kehidupan Umat Beragama
Ilmu menurut pandangan Islam adalah tiang. Pondasi bagi kebangkitan suatu bangsa, tonggak kebudayaan dan sarana untuk mencapai kemajuan baik bagi individu ataupun kelompok masyarakat.
Mukjizat Rasullah saw yang paling agung adalah al-Qur’an yang mulia, yang mengarahkan manusia menuntut ilmu, menggunakan akal dan pikiran, menghargai tulis menulis, membaca, penelitian dan mengarahkan umat manusia pada keluhuran akhlak dan budi pekerti. Sesuai dengan firman Allah dalam surat Al-alaq(96):1-5 yang artinya, ”bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah! Dan Tuhanmu yang maha pemurah yang mengajarkan manusia dengan perantara pena dia mengajarakan pada manusia apa yang telah diketahuinya”.
Manusia menjadi makhluk yang paling mulia bila dibandingkan dengan makhluk lain. Karena ia memiliki ilmu. karena itu manusia yang paling mulia adalah manusia yang paling banyak memiliki ilmu dan yang paling banyak mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
KARAKTERISTIK ILMU PENGETAHUAN
1. Sifat Dasar Ilmu Pengetahuan
Kata ilmu berasal dari bahasa Arab, yaitu ‘alima yang berarti mengetahui, mengerti. Mengetahui dan mengerti di sini dalam arti sudah memahami objek melalui pendengaran, penglihatan dan hatinya. Seperti yang diuraikan dalam QS Al-Isra’ 17:36 berikut.
36. Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.
Berdasarkan teknik operasional, ilmu adalah kesadaran tentang realitas melalui pendengaran, penglihatan dan hati.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdikbud 1988), ilmu memiliki dua pengertian, yaitu:
1. Ilmu diartikan sebagai suatu pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode-metode tertentu, yang dapat digunakan untuk menerapkan gejala-gejala tertentu di bidang (pengetahuan) tersebut.
2. Ilmu diartikan sebagai pengetahuan atau kepandaian, tentang soal duniawi, akhirat, lahir, bathin, dsb.
Berdasarkan ensiklopedia Indonesia, ilmu pengetahuan adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia.
Oleh karena itu, karakteristik ilmu pengetahuan yaitu:
1. Ilmu pengetahuan harus konkrit, yaitu dapat diukur kebenarannya. Kehadiran objek dan subjek tidak dapat dipisahkan atau memiliki keterkaitan satu sama lainnya. Sederhananya bahwa amal teoritis harus diimbangi dengan amal praktis. Hal ini yang menyebabkan Al-Qur’an menyatakan bahwa penilaian terhadap manusia akan diukur dari sikap empirisnya selama hidup di dunia.
2. Ilmu tidak terbatas sehingga masih banyak ilmu pengetahuan yang harus digali lagi dan tidak mempunyai keterbatasan tertentu.
2. Kebenaran Ilmu Pengetahuan dalam Pandangan Islam
Ilmu adalah kebenaran dari Allah Swt. Mengenai segala makhlukNya yang ada di dunia ini untuk diamanahkan dan dikaruniakan kepada manusia yang berakal agar tercapai ilmu yang hakiki. Ilmu pengetahuan ini diamanahkan untuk membawa manfaat pada manusia, bukan membawa bencana bagi manusia.
Ilmu Pengetahuan menyediakan suatu cara agar alam semesta dan segala sesuatu di dalamnya dapat diteliti guna menyingkan kehebatan dalam ciptaan Allah, sehingga pengetahuan ini dapat tersampaikan ke umat manusia.
Agama mendorong ilmu pengetahuan untuk mempelajari seluk-beluk ciptaan Tuhan.
Unsur pokok yang mendasari ilmu pengetahuan:
· Subyek yakni keinginan untuk mengetahui sesuatu
· Obyek yang menjadi kajian
· Metodologi yang digunakan untuk memperoleh pengetahuan
Ada beberapa teori metodologi, yaitu:
· Rasionalis
Penalarannya berdasarkan ide yang dianggap jelas dan dapat diterima oleh akal.
· Empiris
Penalarannya berdasarkan pengalaman yang konkrit.
· Wahyu
Tidak menggunakan penalaran, tetapi menggunakan wahyu sebagai sumber pengetahuan.
SUMBER ILMU PENGETAHUAN
1. Al-Qur’an
Al-Qur’an adalah firman Allah Swt. yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw. Secara berangsur-angsur melalui Malaikat Jibril, sebagai mukjizat dan pedoman hidup bagi umatnya, yang bernilai ibadah bagi orang yang membacanya. Kemurnian Al-Qur’an sejak diturunkan sampai akhir zaman senantiasa terpelihara. Al-Qur’an mengandung ayat-ayat yang dapat dijadikan sebagai pedoman dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi manusia. Segala ilmu dan solusi permasalahan di duhia ini ada dalam Al-Qur’an. Oleh karena itu, apabila kita ingin mengetahui apa saja yang terjadi di alam ini, harus menguasai Al-Qur’an. Salah satu ayat yang mengandung masalah-masalah ilmiah umat manusia terdapat dalam QS. Luqman: 10-11, seperti di bawah ini:
10. Dia menciptakan langit tanpa tiang yang kamu melihatnya dan Dia meletakkan gunung-gunung (di permukaan) bumi supaya bumi itu tidak menggoyangkan kamu; dan memperkembang biakkan padanya segala macam jenis binatang. Dan Kami turunkan air hujan dari langit, lalu Kami tumbuhkan padanya segala macam tumbuh-tumbuhan yang baik.
11. Inilah ciptaan Allah, maka perlihatkanlah olehmu kepadaku apa yang telah diciptakan oleh sembahan-sembahan(mu) selain Allah. Sebenarnya orang-orang yang zalim itu berada di dalam kesesatan yang nyata.
Dengan demikian, Al-Qur’an merupakan sumber ilmu pengetahuan yang harus terus diteliti dan dikembangkan, sehingga melahirkan berbagai disiplin ilmu yang islami.
2. Al-Sunnah
Al-Sunnah atau Al-Hadist merupakan cara, perbuatan, ucapan serta ketetapan Nabi Muhammad Saw. yang merupakan penjelasan dari tafsir Al-Qur’an. Di dalamnya terdapat hadis-hadis yang menjelaskan secara rinci ayat-ayat Al-Qur’an sebagai sumber ilmu pengetahuan. Hadis ini berisi larangan tentang apapun yang dilakukan terhadap lingkungan misalnya, dsb. Hal ini dilakukan agar manusia yang diberikan amanat sebagai khalifah di bumi ini dapat menjaga kelestarian lingkungan hidup. Orang yang melakukan kegiatan ini akan mendapatkan balasan kebaikan di dunia dan akhirat. Bukan kelestarian lingkungan hidup saja yang harus dijaga, tetapi kelestarian jenis makhluk hidup lain juga, dsb.
3. Alam Semesta
Sudah banyak isyarat-isyarat Al-Qur’an dan Al-Sunah yang memerintahkan manusia agar melakukan penelitian terhadap gejala-gejala alam. Oleh karena keingintahuan manusia, manusia mencari tahu alam ini dengan membaca dan meneliti segala peristiwa dalam alam semesta ini, mengambil kesimpulannya dan mendapatkan hasilnya. Sehingga terciptalah berbagai macam disiplin ilmu, seperti astronomi, biologi, geografi, farmasi, kedokteran, dan lain sebagainya. Hal ini diciptakan agar manusia terus-menerus mencari tahu dan meneliti alam semesta ini yang dapat melahirkan ilmu-ilmu yang bermanfaat bagi semua umat manusia.
Komentar